PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E TERHADAP MORFOLOGI TESTIS TIKUS STRAIN WISTAR (RATTUS NOVERGICUS) DIABETES MILITUS TIPE I | ELECTRONIC THESES AND DISSERTATION

Electronic Theses and Dissertation

Universitas Syiah Kuala

    THESES

PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E TERHADAP MORFOLOGI TESTIS TIKUS STRAIN WISTAR (RATTUS NOVERGICUS) DIABETES MILITUS TIPE I


Pengarang

dr.T. Ronasky - Personal Name;

Dosen Pembimbing



Nomor Pokok Mahasiswa

1207601010011

Fakultas & Prodi

Fakultas Kedokteran / Ilmu Bedah / PDDIKTI : 11707

Penerbit

Banda Aceh : Program Studi pendidikan Dokter sepesialis penyakit dalam Unsyiah., 2018

Bahasa

Indonesia

No Classification

616.462 2

Literature Searching Service

Hard copy atau foto copy dari buku ini dapat diberikan dengan syarat ketentuan berlaku, jika berminat, silahkan hubungi via telegram (Chat Services LSS)

Latar Belakang. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya.1 Penyakit ini dilaporkan terjadi pada 9% laki-laki dan 7,9% wanita. Laporan Center of disease control (CDC) menyebutkan tahun 2014 terdapat 8,1 juta orang tidak terdiagnosa DM dan 29,1 juta mengalami penyakit ini di Amerika Serikat.2Pada penderita diabetes dapat terjadikerusakan jangka panjang, disfungsi, dan kegagalan organ yang berbeda, terutama mata (diabetes retinopathy), ginjal (nefropati diabetik), saraf (neuropati diabetes), jantung (infark miokard) dan pembuluh darah (aterosklerosis) dan infertilitas. Laporan insiden infertilitas terkait DM terjadi pada9% orang dewasa berusia >18 tahun mengalami akibat difungsi endokrin spermatogenesis. Vitamin E berperan sebagai antioksidan eksogen (non-enzimatis) yang dapat melindungi kerusakan membran biologis akibat radikal bebas. Vitamin E melindungi asam lemak tidak jenuh pada membran fosfolipid. Secara partikular, vitamin E juga penting dalam mencegah peroksidasi membran asam lemak tak jenuh. Menurut Linder, (2006) vitamin E merupakan agen pendorong atau pemacu fertilitas, karena dapat menormalkan epitel tubuli seminiferi.

Metodologi, Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan rancangan post-test only control group design secara laboratorium eksperimental. Rancangan penelitian ini dipilih berdasarkan konsep bahwa setiap unit dari populasi adalah homogen dan memiliki karakteristik yang sama. Pembagian sampel dilakukan secaraacak (random assignment). Pada kelompok eksperimen perlakuanlangsung diberikan stimulus dan pengamatan akhir sementara pada kelompok kontrol digunakan sebagai pembanding dari kelompok perlakuan.

Hasil, Rata-rata diamater tubulus seminiferus testes tikus pada masing-masing kelompok perlakuan menunjukkan angka yang bervariasi. Rata-rata diamater tubulus seminiferus testes tikus pada perlakuan kontrol negatif (KN) adalah 261,57± 5,72 ?m, kemudian mengalami penurunan menjadi 241,18 ± 18,53 ?m, pada perlakuan tikus DM yang diinduksi aloksan (KP), dan mengalami peningkatan kembali pada perlakuan tikus DM yang dinduksi aloksan dan vitamin E dengan dosis 100 mg/kgbb/hari (P1), dan 200 mg/kgbb/hari (P2), secara berturut-turut adalah 265,92 ± 15,97 ?m dan 271,41 ± 24,79 ?m.

Kesimpulan, Berdasarkan uji statistik Analysis of variance (ANOVA) one way didapatkan nilai signifikannya p 0,039

Tidak Tersedia Deskripsi

Citation



    SERVICES DESK