Electronic Theses and Dissertation

Sindrom koroner akut (SKA) merupakan sekumpulan gejala yang disebabkan oleh penyempitan atau penyumbatan lumen arteri koroner yang terdiri atas tiga spektrum besar yaitu STEMI, NSTEMI, dan UAP. Terdapat tiga mekanisme utama yang mendasari patofisiologi SKA yaitu rupturnya plak, erosi plak, dan non-aterosklerotik. Ketiga hal tersebut dapat disebabkan karena adanya peningkatan aktivitas simpatis yang mempengaruhi kadar sitokin inflamasi dalam plasma. Peningkatakan aktivitas simpatis ini bisa dipengaruhi oleh tidur seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kualitas tidur dengan risiko kejadian SKA di Aceh. Penelitian ini melibatkan 150 responden yang dibagi menjadi 75 pasien SKA yang dirawat inap di Ruang Raudhah 1 dan 75 perawat poli klinik di RSUDZA Banda Aceh. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain case-control menggunakan data primer melalui wawancara langsung menggunakan kuesioner PSQI (Pittsburgh Sleep Quality Index). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 69,3% pasien SKA memiliki kualitas tidur yang buruk sedangkan untuk perawat hanya 53,3%. Berdasarkan uji Chi-Square, menunjukkan terdapat hubungan antara kualitas tidur (nilai p = 0,04; OR 1,38; CI 1,01-1,89), efisiensi tidur (nilai p = 0,00; OR 0,06; CI 0,01-0,23), durasi tidur (nilai p = 0,05; OR 0,5; CI 0,24-1,01), latensi tidur (nilai p = 0,00; OR 0,46; CI 0,33-0,65), gangguan tidur (nilai p = 0,00; OR 13,2; CI 5,08-34,28), penggunaan obat tidur (nilai p = 0,002; OR 2,2; CI 1,76-2,75), disfungsi di siang hari (nilai p = 0,005; OR 2,52; CI 1,30-4,87), dan kepuasan tidur (nilai p = 0,00; OR 0,33; CI 0,25-0,44) dengan risiko kejadian SKA.
Kata kunci: Sindroma Koroner Akut, Kualitas Tidur

Acute coronary syndrome (ACS) is a group of symptoms caused by the narrowing or blockage of the coronary artery lumen, consisting of three major spectrums: STEMI, NSTEMI, and UAP. The primary pathophysiological mechanisms of ACS involve plaque rupture, erosion, and non-atherosclerotic factors. These can be triggered by increased sympathetic activity, which influences plasma inflammatory cytokine levels. Elevated sympathetic activity can be influenced by sleep quality. This study aimed to determine the relationship between sleep quality and the risk of ACS in Aceh. This study involved 150 respondents divided into 75 ACS patients hospitalized in the Raudhah 1 Room and 75 nurses in the outpatient clinic of RSUDZA Banda Aceh. This study was an observational study with a case-control design using primary data through direct interviews using the PSQI (Pittsburgh Sleep Quality Index) questionnaire. Results showed that 69.3% of ACS patients had poor sleep quality compared to 53.3% of controls. Chi-square tests revealed significant associations between ACS risk and sleep quality (p=0.04; OR 1.38; CI 1.01-1.89), sleep efficiency (p=0.00; OR 0.06; CI 0.01-0.23), sleep duration (p=0.05; OR 0.5; CI 0.24-1.01), sleep latency (p=0.00; OR 0.46; CI 0.33-0.65), sleep disturbances (p=0.00; OR 13.2; CI 5.08-34.28), use of sleep medication (p=0.002; OR 2.2; CI 1.76-2.75), daytime dysfunction (p=0.005; OR 2.52; CI 1.30-4.87), and sleep satisfaction (p=0.00; OR 0.33; CI 0.25-0.44). Keywords: Acute Coronary Syndrome, Sleep Quality