Electronic Theses and Dissertation

Sapi Aceh merupakan hewan ternak yang banyak dipelihara di Aceh sebagai sumber pendapatan tambahan/tabungan. Terdapat tiga metode pemeliharaan sapi, yaitu intensif, semi intensif, dan ekstensif. Metode intensif melibatkan pengandangan penuh dan pemberian pakan secara teratur, sementara metode semi intensif menggabungkan pengandangan dan penggembalaan dengan sebagian pakan disediakan, dan metode ekstensif, melibatkan penggembalaan bebas dengan pakan dan air yang diperoleh dari padang penggembalaan alami. Metode ekstensif masih dominan digunakan khususnya di Kecamatan Meureudu karena ketersediaan lahan penggembalaan alami dan biaya rendah. Metode ini juga berpengaruh pada rendahnya produktivitas ternak sapi, oleh karena itu, diperlukan peningkatan aspek teknis pemeliharaan untuk meningkatkan produktivitas ternak sapi.
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni di Kecamatan Meureudu Kabupaten Pidie Jaya. Penelitian ini menggunakan metode survei untuk memperoleh data primer dan sekunder. Terdapat 10 desa dengan masing-masing 9 peternak per desa. Peternak yang menjadi responden disyaratkan sudah beternak minimal selama 3 tahun berturut-turut dan memiliki ternak sapi Aceh sekurangnya 2 ekor. Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah aspek teknis pemeliharaan sapi Aceh bedasarkan Permentan N0.46/Permentan/PK.210/8/2015 antara lain : (1) prasarana dan sarana, (2) pola pemeliharaan, dan (3) kesehatan ternak. Data dari kuesioner penelitian penerepan aspek teknis pemeliharaan sapi Aceh oleh peternak di Kecamatan Meureudu dilakukan analisis data dengan mengggunakan skala Guttman untuk menghitung nilai persentase.
Bedasarkan penelitian penerapan aspek teknis pemeliharaan sapi Aceh di Kecamatan Meureudu diperoleh yaitu persentase penerapan aspek teknis prasarana dan sarana sebesar 36,47%, penerapan pola pemeliharaan 41,97%, dan aspek teknis kesehatan pada sapi Aceh sebesar 44,44%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan aspek teknis pemeliharaan sapi Aceh di Kecamatan Meureudu masih rendah (≤50).

Sapi Aceh is a livestock species widely raised in Aceh as an additional source of income/savings. There are three methods of cattle rearing: intensive, semi-intensive, and extensive. The intensive method involves full housing and regular feeding, while the semi-intensive method combines housing and grazing with some feed provided. The extensive method involves free grazing, with feed and water sourced from natural grazing fields. The extensive method remains dominant, particularly in Meureudu District, due to the availability of natural grazing land and low costs. However, this method also contributes to low productivity in cattle. Therefore, improving the technical aspects of cattle husbandry is necessary to enhance productivity. This research was conducted from May to June in Meureudu District, Pidie Jaya Regency. The study employed a survey method to obtain primary and secondary data. Ten villages were involved, with nine farmers surveyed per village. Respondents were required to have been raising cattle for at least three consecutive years and to own a minimum of two Aceh cattle. The parameters observed in this study were the technical aspects of raising Aceh cattle based on Minister of Agriculture Regulation No. 46/2015, which include: (1) infrastructure and facilities, (2) rearing patterns, and (3) animal health. Data from the research questionnaires assessing the technical aspects of Aceh cattle husbandry by farmers in Meureudu were analyzed using the Guttman scale to calculate percentage values. Based on the study of the implementation of technical aspects of Aceh cattle husbandry in Meureudu, the results show that the percentage of implementation for infrastructure and facilities is 36.47%, for rearing patterns is 41.97%, and for animal health is 44.44%. The conclusion of this study is that the implementation of technical aspects of Aceh cattle husbandry in Meureudu District is still low (≤50%).