HISTOPATOLOGI INFLAMASI PADA PENYEMBUHAN LUKA INSISI TIKUS PUTIH (RATTUS NORVEGICUS) PASCA PEMBERIAN KRIM EKSTRAK DAUN KERSEN (MUNTINGIA CALABURA L.) | ELECTRONIC THESES AND DISSERTATION

Electronic Theses and Dissertation

Universitas Syiah Kuala

    SKRIPSI

HISTOPATOLOGI INFLAMASI PADA PENYEMBUHAN LUKA INSISI TIKUS PUTIH (RATTUS NORVEGICUS) PASCA PEMBERIAN KRIM EKSTRAK DAUN KERSEN (MUNTINGIA CALABURA L.)


Pengarang

MAISARAH NUR MAHDITA - Personal Name;

Dosen Pembimbing

Ummu Balqis - 197001131998032001 - Dosen Pembimbing I
Hennivanda - 197509082006042001 - Dosen Pembimbing II



Nomor Pokok Mahasiswa

2002101010140

Fakultas & Prodi

Fakultas Kedokteran Hewan / Pendidikan Kedokteran Hewan (S1) / PDDIKTI : 54261

Subject
-
Kata Kunci
-
Penerbit

Banda Aceh : Fakultas Kedokteran Hewan., 2024

Bahasa

No Classification

-

Literature Searching Service

Hard copy atau foto copy dari buku ini dapat diberikan dengan syarat ketentuan berlaku, jika berminat, silahkan hubungi via telegram (Chat Services LSS)

Luka merupakan rusaknya sebagian struktur anatomi kulit sehingga memengaruhi perubahan kondisi fisiologisnya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran histopatologi fase inflamasi terhadap penyembuhan luka insisi tikus putih (Rattus norvegicus) pasca pemberian krim ekstrak daun kersen (Muntingia calabura L.). Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan 36 ekor tikus putih jantan, usia 7-8 minggu dengan berat badan 150-250 gram yang dibagi dalam 4 kelompok dengan masing-masing terdiri dari 9 ekor, dan diadaptasi selama 7 hari dalam kandang individu dan pakan 552SP dan minum secara ad libitum. Luka insisi dilakukan di area punggung sepanjang 2 cm dengan kedalaman luka sampai subkutan. Kelompok P0 sebagai kontrol negatif dengan NaCl 0,9%, P1 dengan krim ekstrak daun kersen 5%, P2 dengan krim ekstrak daun kersen 10%, dan P3 dengan krim ekstrak daun kersen 15%. Perawatan luka dilakukan dua kali sehari. Pengoleksian kulit dilakukan pada hari ke-3, 7, dan 14 untuk melihat infiltrasi sel radang, edema, dan hemoragi. Data hasil akan dianalisis dengan uji statistik One Way ANOVA dan untuk melihat perbedaan antar kelompok perlakuan dilanjutkan dengan uji Duncan. Berdasarkan hasil rata-rata dari infiltrasi sel radang pada P0, P1, P2, dan P3 pada hari ke-3 didapati hasil terbaik pada P3 (13.33±2.51); hari ke-7 yaitu pada P3 (5.33±1.52); hari ke-14 yaitu yaitu pada P3 (2.00±1.00). Edema pada P0, P1, P2, dan P3 pada hari ke-3 didapati hasil terbaik pada P3 (5.33±1.15); hari ke-7 yaitu pada P3 (3.33±0.57); hari ke-14 yaitu pada P3 (1.66±0.57). Hemoragi pada P0, P1, P2, dan P3 pada hari ke-3 didapati hasil terbaik pada P2 yaitu (0.33±0.57), sedangkan pada hari ke-7 dan 14 tidak didapati hasil. Hasil penelitian ini menunjukkan jika pemberian terapi krim ekstrak daun kersen 5%, 10%, dan 15% dapat memengaruhi proses penyembuhan luka insisi berdasarkan jumlah infiltrasi sel radang, edema, dan hemoragi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa krim esktrak daun kersen 15% mampu memperpendek fase inflamasi sehingga penyembuhan luka insisi pada tikus menjadi lebih cepat.

Kata kunci: inflamasi, krim ekstrak daun kersen, luka insisi

Wounds are damage to some of the anatomical structures of the skin, which affecting its physiological condition. This study aimed to investigate the histopathological changes of the inflammatory phase of wound healing in white rats (Rattus norvegicus) after given kersen leaf extract cream (Muntingia calabura L.). This research was an experimental study using 36 male white rats, aged 7-8 weeks, and weighing 150-250 grams, divided into 4 groups consisting of 9 white rats and adapted for 7 days in individual cages. The white rats were given 552SP feed and water ad libitum. The incision wound was made in the back area with 2 cm long with a wound to subcutaneous layer. P0 as a negative control with 0.9% NaCl, P1 with 5% kersen leaf extract cream, P2 with 10% kersen leaf extract cream, and P3 with 15% kersen leaf extract cream. Wound care is carried out twice a day. Skin collection was carried out on day 3, 7, and 14 for histopathological analysis to observed inflammatory cell infiltration, edema and hemorrhag. The resulting data will be analyzed using the One Way ANOVA statistical test and to see the differences between treatment groups, it continue with the Duncan test. The results showed that the average of inflammatory cell infiltration in P0, P1, P2, and P3 on day 3 with the best results were in P3 (13.33±2.51); on day 7 were in P3 (5.33±1.52); day 14 were in P3 (2.00±1.00). Edema in P0, P1, P2, and P3 on day 3 with the best results were in P3 (5.33±1.15); on day 7 were in P3 (3.33±0.57); on day 14 were in P3 (1.66±0.57). Hemorrhage in P0, P1, P2, and P3 on day 3 with the best results were in P2 (0.33±0.57) on day 7 and 14 no results were found. The results of this study showed that giving 5%, 10% and 15% kersen leaf extract cream therapy can influence the healing process of incision wounds based on the amount of inflammatory cell infiltration, edema, and hemorrhage. It can be concluded that 15% kersen leaf extract cream had the ability to shorten the inflammatory phase so the wound healing process would be faster. Keywords: inflammation, incision wound, kersen leaf extract cream

Citation



    SERVICES DESK