PENGARUH PEMANFAATAN BAKTERI STAPHYLOCOCCUS DALAM SELF HEALING CONCRETE TERHADAP KUAT TARIK LENTUR BETON MUTU TINGGI | ELECTRONIC THESES AND DISSERTATION

Electronic Theses and Dissertation

Universitas Syiah Kuala

    SKRIPSI

PENGARUH PEMANFAATAN BAKTERI STAPHYLOCOCCUS DALAM SELF HEALING CONCRETE TERHADAP KUAT TARIK LENTUR BETON MUTU TINGGI


Pengarang

Vira Humaira - Personal Name;

Dosen Pembimbing

M. Zardan - 195911161987031003 - Dosen Pembimbing I
Teuku Budi Aulia - 196705291994031001 - Dosen Pembimbing II



Nomor Pokok Mahasiswa

2004101010021

Fakultas & Prodi

Fakultas Teknik / Teknik Sipil (S1) / PDDIKTI : 22201

Subject
-
Kata Kunci
-
Penerbit

Banda Aceh : Fakultas Teknik Sipil., 2024

Bahasa

No Classification

-

Literature Searching Service

Hard copy atau foto copy dari buku ini dapat diberikan dengan syarat ketentuan berlaku, jika berminat, silahkan hubungi via telegram (Chat Services LSS)

Kuat tarik lentur memiliki dampak signifikan terjadinya keretakan pada beton. Beton mutu tinggi sering digunakan sebagai bahan konstruksi. Retakan pada beton mutu tinggi tidak dapat dihindari. Pada kondisi yang cukup lembap, retakan dapat menutup dengan sendirinya yang disebut self-healing concrete. Self-healing concrete menggunakan bakteri ureolitik yang dicampurkan ke dalam beton telah dikembangkan dan merupakan salah satu solusi untuk memperbaiki keretakan pada beton. Bakteri genus Staphylococcus yang diambil pada TPA Gampong Jawa, Banda Aceh merupakan bakteri ureolitik yang aktif menghasilkan gram positif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh bakteri genus Staphylococcus sebagai agen self-healing concrete, khususnya terhadap kuat tarik lentur beton mutu tinggi 50 MPa. Pengujian dilakukan dengan memberikan beban sebesar 60% dari beban ultimit lentur pada umur 7 hari untuk menginduksi retak awal, lalu dilakukan perawatan beton dan diamati dampak penyembuhan retak oleh bakteri genus Staphylococcus. Pada umur 28 hari dilakukan pengujian beban ultimit kuat tarik lentur beton. Metode penelitian ini melibatkan penggunaan bakteri genus Staphylococcus dengan metode enkapsulasi menggunakan tanah diatomae. Variasi bakteri yang digunakan adalah 0%; 0,5%; 0,6%; dan 0,7% dari berat semen. Benda uji berbentuk balok dengan dimensi 100 mm x 100 mm x 400 mm dengan jumlah 12 benda uji dan ditambahkan satu tulangan ulir D10 guna pada pemberian retak benda uji tidak patah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah 28 hari, persentase perbaikan retak beton oleh bakteri dengan variasi 0,0%, 0,5%, 0,6%, dan 0,7% adalah masing-masing 11,31%, 60,67%, 82,31%, dan 96,90%. Kuat tarik lentur rata-rata beton ultimit 28 hari setelah perbaikan retak awal pada variasi 0,0%, 0,5%, 0,6%, dan 0,7% berturut-turut sebesar 15,84 MPa, 18,12 MPa, 21,19 MPa, dan 20,41 MPa. Hasil tersebut menunjukkan beton dengan penambahan bakteri genus Staphylococcus mengalami peningkatan kuat tarik lentur sebesar 25,7% dari beton tanpa bakteri.

Kata kunci: kuat tarik lentur, self-healing concrete, bakteri genus Staphylococcus, beton mutu tinggi

The tensile strength has a significant impact on the occurrence of cracking in concrete. High-quality concrete is often used as a construction material. Cracks in high-quality concrete are unavoidable. In sufficiently humid conditions, cracks can close on their own, which is referred to as self-healing concrete. Self-healing concrete using ureolytic bacteria mixed into the concrete has been developed and is one of the solutions for repairing cracks in concrete. The Staphylococcus genus bacteria taken from the Gampong Jawa landfill in Banda Aceh are ureolytic bacteria that actively produce gram-positive. The aim of this research is to determine the effect of the Staphylococcus genus bacteria as a self-healing concrete agent, particularly on the flexural tensile strength of high-quality concrete with a strength of 50 MPa. The testing was conducted by applying a load of 60% of the ultimate flexural load at 7 days of age to induce initial cracking, followed by concrete curing and observation of the healing effects of the cracks by Staphylococcus genus bacteria. At 28 days of age, a test for the ultimate load of flexural tensile strength of concrete was conducted. This research method involves the use of Staphylococcus genus bacteria with an encapsulation method using diatomaceous earth. The variations of bacteria used are 0%; 0.5%; 0.6%; and 0.7% of the weight of the cement. The test specimen is in the form of a block with dimensions of 100 mm x 100 mm x 400 mm, with a total of 12 test specimens, and a D10 threaded reinforcement is added to prevent the test specimens from breaking when cracks occur. The research results show that after 28 days, the percentage of concrete crack repair by bacteria with variations of 0.0%, 0.5%, 0.6%, and 0.7% are 11.31%, 60.67%, 82.31%, and 96.90%, respectively. The average tensile strength of ultimate concrete at 28 days after initial crack repair for variations of 0.0%, 0.5%, 0.6%, and 0.7% were 15.84 MPa, 18.12 MPa, 21.19 MPa, and 20.41 MPa, respectively. The results show that concrete with the addition of Staphylococcus genus bacteria experienced a 25.7% increase in flexural tensile strength compared to concrete without bacteria. Keywords: strong tensile flexibility, self-healing concrete, bacteria of the genus Staphylococcus, high quality concrete

Citation



    SERVICES DESK