Electronic Theses and Dissertation

Sapi aceh merupakan salah satu kekayaan sumber daya genetik (SDG) sapi lokal Indonesia dan mempunyai keseragaman bentuk, fisik, dan komposisi genetik serta kemampuan adaptasi dengan baik pada keterbatasan lingkungan, sehingga perlu dilindungi, dilestarikan dan dikembangkan keunggulannya untuk kepentingan pemuliaan (Kementerian Pertanian nomor: 2907/Kpts/OT.140/6/2011). BPTU-HPT Indrapuri melakukan crossbreeding antara sapi aceh betina dengan sapi unggul seperti sapi wagyu dan sapi belgian blue. Dari program tersebut diperoleh sapi turunan yang selanjutnya disebutkan sebagai sapi waceh (wagyu >< aceh) dan sapi belia (belgian blue >< aceh). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas semen sapi Aceh dan sapi Aceh crossbreed.
Penelitian ini telah selesai dilaksanakan di Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BPTU-HPT) Indrapuri Provinsi Aceh dan Laboratorium Ilmu Pemuliaan dan Reproduksi Ternak, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala. Penelitian ini dilakukan pada bulan 15 Januari – 6 Maret 2024. Data yang digunakan di dalam penelitian ini bersifat primer. Sampel yang digunakan adalah 2 ekor sapi aceh, 2 ekor sapi waceh, dan 2 ekor sapi belia. Data diperoleh dengan cara penampungan semen segar sapi aceh dan sapi aceh crossbreed jantan dengan parameter yaitu evaluasi makroskopis (volume, warna, konsistensi dan derajat keasaman) dan evaluasi mikroskopis (gerakan massa, motilitas, viabilitas, abnormalitas). Data kualitatif dan kuantitatif yang diperoleh selama penelitian dianalisis menggunakan analisis deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa volume semen sapi aceh adalah 4±0,71 ml, sapi belia adalah 5,45±3,61 ml dan sapi waceh adalah 7±1,41 ml. Secara umum semen segar sapi aceh dan sapi aceh crossbreed yang diperoleh berkisar dari warna putih susu sampai putih krem. Konsistensi semen segar sapi aceh dan sapi aceh crossbreed yang diperoleh berkisar antara sedang sampai kental. Rata-rata pH semen sapi aceh yang diperoleh pada adalah 6,5±0,71, sapi belia dan waceh diperoleh rataan pH yaitu 6. Rataan gerakan massa sapi aceh dan sapi aceh crossbreed yang diperoleh berkisar antara (++) sampai (+++). Rataan motilitas spermatozoa sapi aceh yang diperoleh pada penelitian ini adalah 76,91±3,20%, sedangkan sapi belia adalah 83,20±1,19% dan sapi waceh adalah 75,59±5,98%. Konsentrasi semen sapi aceh yang diperoleh adalah 1345±77,78 × 106, sedangkan pada sapi belia adalah 1550±141,42 × 106 sperma/ml dan pada sapi waceh adalah 1745±134,35 × 106 sperma/ml. Rataan persentase viabilitas semen segar sapi aceh pada penelitian ini adalah 78,75±3,62, sedangkan pada sapi belia adalah 84,16±2,17 dan pada sapi waceh adalah 76,73±2,59. Rataan abnormalitas sapi aceh yang diperoleh adalah 15±6,40, sedangkan pada sapi belia adalah 21,31±3,42dan pada sapi Waceh adalah 20,23±1,71.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah setiap jenis sapi, baik dari sapi aceh, sapi belia maupun sapi waceh memiliki kualitas semen segar yang berbeda. Nilai kualitas semen segar dari sapi belia lebih tinggi dibandingkan sapi aceh dan waceh, namun abnormalitas sapi belia dan waceh tidak memenuhi kriteria abnormalitas semen segar sehingga kualitas semen segar yang terbaik adalah sapi aceh.

Aceh cattle are one of the rich genetic resources (SDG) of local Indonesian cattle and have uniform shape, physical and genetic composition as well as the ability to adapt well to environmental limitations, so they need to be protected, preserved and developed for their superiority for breeding purposes (Ministry of Agriculture number: 2907/Kpts/OT.140/6/2011). BPTU-HPT Indrapuri carries out crossbreeding between female Acehnese cattle and superior cattle such as Wagyu cattle and Belgian blue cattle. From this program, derivative cattle were obtained which are hereinafter referred to as waceh cattle (wagyu >< aceh) and young cattle (belgian blue >< aceh). The aim of this research is to determine the semen quality of Acehnese cattle and crossbreed Acehnese cattle. This research has been completed at the Indrapuri Center for Superior Animal Breeding and Forage Animal Feed (BPTU-HPT), Aceh Province and the Animal Breeding and Reproduction Science Laboratory, Faculty of Agriculture, Syiah Kuala University. This research was conducted from 15 January – 6 March 2024. The data used in this research is primary. The samples used were 2 Acehnese cattle, 2 Waceh cattle and 2 young cattle. Data was obtained by collecting fresh semen from Aceh cattle and male Aceh crossbreed cattle with parameters namely macroscopic evaluation (volume, color, consistency and degree of acidity) and microscopic evaluation (mass movement, motility, viability, abnormalities). Qualitative and quantitative data obtained during the research were analyzed using descriptive analysis. The results showed that the semen volume of Aceh cattle was 4 ± 0.71 ml, young cattle was 5.45 ± 3.61 ml and Waceh cattle was 7 ± 1.41 ml. In general, the fresh semen obtained from Acehnese cattle and crossbreed Acehnese cattle ranges in color from milky white to creamy white. The consistency of fresh semen obtained from Acehnese cattle and crossbreed Acehnese cattle ranged from medium to thick. The average pH of Aceh cattle semen obtained was 6.5 ± 0.71, the average pH of young and waceh cattle was 6. The average mass movement of Aceh cattle and Aceh crossbreed cattle obtained ranged from (++) to (++ +). The average sperm motility of Aceh cattle obtained in this study was 76.91 ± 3.20%, while that of young cattle was 83.20 ± 1.19% and that of Waceh cattle was 75.59 ± 5.98%. The semen concentration obtained from Aceh cattle was 1345 ± 77.78 × 106, while in young cattle it was 1550 ± 141.42 × 106 sperm/ml and in Waceh cattle it was 1745 ± 134.35 × 106 sperm/ml. The average percentage viability of fresh semen for Aceh cattle in this study was 78.75 ± 3.62, while for young cattle it was 84.16 ± 2.17 and for Waceh cattle it was 76.73 ± 2.59. The average abnormality obtained for Aceh cattle was 15 ± 6.40, while for young cattle it was 21.31 ± 3.42 and for Waceh cattle it was 20.23 ± 1.71. The conclusion of this research is that each type of cattle, both Acehnese cattle, young cattle and Waceh cattle, has a different quality of fresh semen. The quality value of fresh semen from young cattle is higher than that of Aceh and Waceh cattle, however the abnormalities of young and Waceh cattle do not meet the criteria for fresh semen abnormalities so that the best quality of fresh semen is Aceh cattle.