Electronic Theses and Dissertation

Stunting masih menjadi masalah nutrisi utama bagi anak-anak Aceh termasuk wilayah Aceh Besar. Praktik Pemberian Makan pada Bayi dan Anak (PMBA) menjadi salah satu faktor penting pencegahan utama yang perlu di eksplorasi pelaksanaannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran praktik PMBA stunting dan non stunting di wilayah kerja Puskesmas Krueng Barona Jaya Kabupaten Aceh Besar. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan pendekatan retrospektif, dengan sampel ibu yang mempunyai batita 12-36 bulan yang terbagi menjadi 36 orang dari kelompok stunting dan 72 orang dari kelompok non stunting menggunakan teknik random sampling. Instrumen yang digunakan adalah Infant and Young Child Feeding Practice Monitoring Tool and Guide oleh USAID’s IYCN Project 2011. Analisa yang digunakan adalah Distribusi Frekuensi. Hasil penelitian didapatkan 100% ibu dari batita stunting belum mempraktikkanPMBA sesuai ketentuan. Hanya 37% ibu pada kelompok anak non stunting yang melakukan PMBA yang sesuai. Sebanyak 63,9% ibu yang menggunakan botol susu di kedua kelompok. Frekuensi pemberian MP-ASI pada anak 12-23 bulan kurang dari 3 kali dalam sehari pada kelompok stunting (66,7%) dan non stunting (34,7%), dan sebanyak 80,6% anak stunting tidak mencapai konsumsi MP-ASI yang memadai pada usia 18-23 bulan, sementara pada kelompok non stunting adalah 25%. Pada usia 6 bulan, pemenuhan nutrisi anak perlu didampingi dengan MP-ASI dengan memerhatikan waktu pemberian, jumlah, frekuensi, kebersihan, responsive feeding, dan tekstur dari MP-ASI. Saran bagi kader/tenaga Kesehatan setempat untuk menyusun program seperti demonstrasi pembuatan MP-ASI yang sesuai dengan kebutuhan gizi anak untuk perubahan perilaku ibu dan upaya pencegahan stunting lebih intensif dan mendukung praktik PMBA yang baik.

Stunting is still a major nutritional problem for children in Aceh, including in Aceh Besar. Infant and Young Child Feeding (IYCF) Practices are one of the main preventive factors that need to be evaluated for implementation. The study aimed to describe IYCF practices for stunted and non-stunted children in Krueng Barona Jaya, Aceh Besar Regency. This study used a descriptive design with a retrospective approach. The study sample was mothers with toddlers aged 12-36 months, divided into 36 respondents from the stunting group and 72 from the non-stunting group using random sampling techniques. The instrument used is the Infant and Young Child Feeding Practice Monitoring Tool Guided by USAID's IYCN Project in 2011. The Frequency Distribution was used to analyze the data. The study results showed that 100% of mothers of stunted toddlers had not practiced IYCF according to the provisions. Only 37% of mothers in the group of non-stunted children carried out appropriate IYCF. A total of 63.9% of mothers used bottle feeding in both groups. The frequency of giving Complementary Food to children 12-23 months is less than 3 times a day in the stunted (66.7%) and non-stunting (34.7%) groups and as many as 80.6% of stunted children did not get adequate Complementary Food at the age of 18-23 months, while in the non-stunted group, it is 25%. At the age of 6 months, children need to be given Complementary Food with careful attention to the timing, amount, frequency, cleanliness, responsive feeding, and texture to provide adequate nutrition. It is recommended for local health workers and cadres to develop programs such as preparing and freezing Complementary Food that is appropriate for the nutritional needs of children to encourage changes in maternal behavior, intensify efforts to prevent stunting, and support proper IYCF practices.