Electronic Theses and Dissertation

Nilam Aceh (Pogostemon cablin Benth.) termasuk komoditas ekspor penting penghasil minyak atsiri di Indonesia dengan salah satu sentra produksi diantaranya Aceh. Salah satu kendala dalam budidaya nilam adalah serangan penyakit layu yang dapat menurunkan produksi nilam mencapai 50% dan belum diketahui dengan pasti patogen penyebab layu tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi patogen penyebab layu dan mengetahui kombinasi teknik pengendalian terpadu yang terbaik. Penelitian ini terdiri dari tiga tahap, pertama identifikasi patogen penyebab penyakit layu, kedua uji kombinasi pengendalian pada pembibitan nilam dan ketiga uji kombinasi pengendalian di lapangan. Penelitian ini dilaksanakan mulai Tahun 2022 sampai 2023 di Laboratorium Ilmu Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala, rumah kasa UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (BPTPHP) Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh dan Desa Ranto Sabon Kecamatan Sampoiniet Kabupaten Aceh Jaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa patogen penyebab layu tanaman nilam Aceh adalah bakteri Enterobacter. Kemudian pada tahap kedua terhadap seleksi kombinasi pengendalian terpadu pada pembibitan telah diuji 25 perlakuan maka diperoleh lima kombinasi pengendalian terbaik untuk dilanjutkan di lapangan. Lima kombinasi terbaik tersebut adalah (B11) streptomisin sulfat 20%+Trichoderma sp., (B12) streptomisin sulfat 20%+B.thuringiensis, (B15) Trichoderma sp.+B. thuringiensis, (B20) streptomisin sulfat 20%+ekstrak nimba+B. thuringiensis, dan (B21) ekstrak nimba+ Trichoderma sp.+ B.thuringiensis. Pada penelitian tahap ketiga di lapangan diperoleh kesimpulan bahwa kombinasi pengendalian yang efektif adalah (B21) ekstrak nimba+Trichoderma sp.+B. thuringiensis yang dapat menurunkan persentase serangan Enterobakter sebesar 57,50% dibandingkan kontrol.

Kata kunci: Nilam, penyakit layu, pengendalian hama terpadu

Aceh Patchouli (Pogostemon cablin Benth.) is an important export commodity producing essential oil in Indonesia with one of the production centers including Aceh. One of the obstacles in patchouli cultivation is wilt disease which can reduce patchouli production up to 50% and the pathogen that causes the wilt is not yet known. This study aims to identify the pathogen that causes wilt and determine the best combination of integrated control techniques. This research consisted of three stages, first identification of pathogens that cause wilt disease, second test the combination of control in patchouli nurseries and third test the combination of control in the field. This research was conducted from 2022 to 2023 at the Plant Disease Laboratory of the Faculty of Agriculture, Syiah Kuala University, the sreen house of the UPTD of Protection Center for Food Crop, Horticulture and Plantations, Aceh Agriculture and Plantation Department, Banda Aceh and Ranto Sabon Village, Sampoiniet District, Aceh Jaya Regency. The results showed that the pathogen causing wilting of Aceh patchouli plants was Enterobacter bacteria. Then in the second stage of the selection of integrated control combinations in nurseries, 25 treatments were tested and five best control combinations were obtained to be continued in the field. The five best combinations are (B11) streptomycin sulfate 20%+Trichoderma sp., (B12) streptomycin sulfate 20%+ B.thuringiensis, (B15) Trichoderma sp.+B. thuringiensis, (B20) streptomycin sulfate 20%+neem extract+B. thuringiensis, and (B21) neem extract+Trichoderma sp.+B.thuringiensis. In the third stage of research in the field, it was concluded that the effective control combination was (B21) neem extract+Trichoderma sp.+B. thuringiensis which could reduce the percentage of Enterobacter attack by 57.50% compared to the control. Keywords: Patchouli, wilt disease, integrated pest managment