Electronic Theses and Dissertation
Universitas Syiah Kuala
SKRIPSI
IMPLEMENTASI PENETAPAN TERSANGKA DALAM TINDAK PIDANA KEKARANTINAAN KESEHATAN YANG MENYEBABKAN KEDARURATAN KESEHATAN (SUATU PENELITIAN DI POLRESTA BANDA ACEH)
Pengarang
SAFIRA DARA NATASYA - Personal Name;
Dosen Pembimbing
M. Iqbal - 198005182005011002 - Dosen Pembimbing I
Nomor Pokok Mahasiswa
1803101010254
Fakultas & Prodi
Fakultas Hukum / Ilmu Hukum (S1) / PDDIKTI : 74201
Subject
Kata Kunci
Penerbit
Banda Aceh : Fakultas Hukum., 2023
Bahasa
No Classification
-
Literature Searching Service
Hard copy atau foto copy dari buku ini dapat diberikan dengan syarat ketentuan berlaku, jika berminat, silahkan hubungi via telegram (Chat Services LSS)
Pasal 93 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2018 Tentang Kekarantinaan Kesehatan menyebutkan, bahwa setiap orang wajib mematuhi penyelenggaraan karantina Kesehatan agar meminimalisir dampak dari suatu wabah penyakit yaitu virus Covid-19, yang mana virus ini tergolong dalam kedaruratan Kesehatan yang dapat mengakibatkan infeksi pada saluran pernapasan bahkan bisa menyebabkan kematian. Bagi pelanggar Protokol Kesehatan ini akan dipidana penjara paling lama 1 tahun dan/atau pidana denda paling banyak seratus juta rupiah. Namun dalam realisasinya perkara-perkara karantina Kesehatan tidak mempertimbangkan unsur Pasal yang didakwakan kepada tersangka yaitu unsur setiap orang. Unsur Pasal yang tidak sesuai dengan dakwaan kepada tersangka bisa menyebabkan tidak mendapatkan pertanggungjawaban pidana oleh setiap orang yang melanggar penyelenggaraan karantina Kesehatan dan itu bertentangan dengan Pasal 93 undang-undang karantina Kesehatan.
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan kualifikasi, unsur-unsur yang menjadi pertimbangan, untuk menjelaskan hambatan dalam menetapkan tersangka dalam tindak pidana kekarantinaan Kesehatan agar sesuai dengan yang diatur dalam Pasal 93 Undang-undang Kekarantina Kesehatan
Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum yuridis empiris, data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer diperoleh melalui wawancara sebagai sumber utama dan data sekunder yang diperoleh dengan mengkaji bahan hukum primer, sekunder dan tersier.
Hasil penelitian diperoleh bahwa kualifikasi dalam menetapkan tersangka memang benar harus berpedoman dengan Pasal 93 Undang-undang Kekarantina Kesehatan namun tidak semua yang melakukan kerumunan bisa ditetapkan sebagai tersangka karena tidak semua yang melanggar memenuhi unsur unsur dari Pasal 93 Undang-undang Kekarantina Kesehatan untuk bisa ditetapkan sebagai tersangka. Unsur yang menjadi pertimbangan dalam menetapkan tersangka adalah unsur setiap orang. Setiap orang yang membuat dan mengundang kerumunan memenuhi unsur untuk ditetapkan sebagai tersangka melalui proses gelar perkara yang dilakukan oleh para penyidik. Hambatan dalam kasus ini penyidik harus mencari barang bukti yang bisa membuktikan setiap orang tidak bisa dijadikan tersangka untuk menghindari adanya error in persona dalam menjadikan seseorang sebagai tersangka.
Diharapkan kepada yang mengundang kerumunan memiliki kesadaran diri untuk melakukan protokol yang diharuskan Pemerintah agar penyebaran Covid-19 cepat terhentikan dan tidak banyak korban yang berjatuhan lagi.
This research aims to explain the qualifications, the elements that are taken into consideration, to explain the obstacles in determining suspects in Health Quarantine crimes in accordance with those regulated in Article 93 of the Health Quarantine Law. The results of the research show that the qualifications in determining a suspect must indeed be guided by Article 93 of the Health Quarantine Law, but not all those who carry out crowds can be designated as suspects because not all those who violate fulfill the elements of Article 93 of the Health Quarantine Law to be designated as suspects. suspect. The elements that are taken into consideration in determining a suspect are the elements of each person. Every person who creates and invites a crowd meets the requirements to be named a suspect through the case process carried out by investigators. The obstacle in this case is that investigators must look for evidence that can prove that each person cannot be used as a suspect to avoid errors in persona in making someone a suspect. It is recommended that those who invite crowds have the self-awareness to carry out the protocols required by the Government so that the spread of Covid-19 is quickly stopped and there are not many more victims.
PENYIDIKAN TERHADAP TINDAK PIDANA PENYELUNDUPAN MANUSIA PADA ETNIS ROHINGYA (SUATU PENELITIAN DI WILAYAH HUKUM KEPOLISIAN RESOR KOTA BANDA ACEH) (FARDIAN MUHAMMAD ZAKY, 2024)
PENYIDIKAN TERHADAP PEMUFAKATAN JAHAT MELAKUKAN TINDAK PIDANA PREKURSOR NARKOTIKA (SUATU PENELITIAN DI WILAYAH HUKUM POLRESTA BANDAACEH) (MUHAMMAD REMI, 2019)
PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELANGGAR PROTOKOL KESEHATAN PADA MASA PANDEMI COVID-19 DI KOTA BANDA ACEH (IMAM KURNIADI, 2022)
TINDAK PIDANA KELALAIAN YANG MENYEBABKAN LUKA BERAT YANG DILAKUKAN OLEH TENAGA KESEHATAN (SUATU PENELITIAN DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI LHOKSEUMAWE (ANDI MIRZA, 2022)
IMPLEMENTASI HAK PERAWATAN KESEHATAN ROHANI DAN JASMANI NARAPIDANA TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA (SUATU PENELITIAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIA BANDA ACEH) (Haunan Rafiqa Basith, 2018)