Electronic Theses and Dissertation
Universitas Syiah Kuala
DISSERTATION
KARAKTERISTIK MOLEKULAR BAKTERI SELULOLITIK DARI EKOSISTEM MANGROVE REHABILITASI DAN NON REHABILITASI DI BANDA ACEH DAN ACEH BESAR
Pengarang
Irma Dewiyanti - Personal Name;
Dosen Pembimbing
Darmawi - 197008271997021001 - Dosen Pembimbing I
Muchlisin Z.A - 197109111999031003 - Dosen Pembimbing II
Teuku Zahrial Helmi - 197607152005011002 - Dosen Pembimbing III
Nomor Pokok Mahasiswa
1909300070005
Fakultas & Prodi
Fakultas Pasca Sarjana / Doktor Matematika dan Aplikasi Sains (S3) / PDDIKTI : 44001
Subject
Kata Kunci
Penerbit
Banda Aceh : Program Studi Doktor Matematika Dan Aplikasi Sains Universitas Syiah Kuala., 2023
Bahasa
No Classification
-
Literature Searching Service
Hard copy atau foto copy dari buku ini dapat diberikan dengan syarat ketentuan berlaku, jika berminat, silahkan hubungi via telegram (Chat Services LSS)
Selulosa sebagai sumber glukosa membutuhkan percepatan dekomposisi melalui keberadaan bakteri selulolitik yang dapat menghasilkan enzim selulase. Bakteri selulolitik dapat diperoleh dari isolasi bahan organik mangrove seperti tanah. Banda Aceh dan Aceh Besar memiliki daerah pesisir yang ditumbuhi vegetasi mangrove baik secara alami ataupun hasil rehabilitasi sehingga memiliki perbedaan karakteristik tanah, bahan organik, jenis, dan zonasi mangrove. Perbedaan ini menarik untuk dikaji karena akan mempengaruhi keanekaragaman jenis dan jumlah dari bakteri selulolitik sampai ke tahap biologi molekuler, dan juga aktivitas selulasenya. Bakteri selulolitik pada ekosistem mangrove dengan karakteristik lingkungan yang berbeda mendorong peneliti untuk menemukan strain bakteri baru dengan sifat baru. Informasi dan data tentang bakteri selulolitik pada ekosistem mangrove di Provinsi Aceh khususnya kawasan mangrove rehabilitasi dan nonrehabilitasi belum pernah dikaji sebelumnya.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keanekaragaman bakteri selulolitik berdasarkan karakteristik makroskopis, mikroskopis, uji aktivitas enzim, serta menganalisis keanekaragaman bakteri selulolitik menggunakan pendekatan biologi molekuler gen 16S rRNA. Penentuan lokasi penelitian menggunakan metode purposive sampling. Pengambilan sampel tanah mangrove dilakukan pada kawasan mangrove rehabilitasi dan non rehabilitasi dengan mempertimbangkan 3 titik kedalaman (0-15 cm, 15-30 cm, dan 30-45 cm). Setiap titik pengambilan sampel tanah mangrove dilakukan sebanyak 3 kali sebagai pengulangan dan dikompositkan untuk menghomogenkan sampel tanah yang telah diambil. Tanah yang telah dikomposit pada setiap titik dibawa ke laboratorium untuk dianalisis keberadaan dan keanekaragaman bakteri selulolitik. Penelitian ini direncakanan selama 2 tahun yang terdiri dari 5 sub penelitian.
Kajian/eksperimen yang pertama memperlihatkan bahwa tekstur tanah pada kawasan rehabilitasi dan nonrehabilitasi didominasi oleh lempung berpasir, dimana tipe tekstur ini dapat mendukung kehidupan dan pertumbuhan vegetasi mangrove. Persentase fraksi pasir lebih tinggi dari pada debu dan liat pada lokasi yang lebih dekat dengan laut dan di permukaan tanah. Nilai pH yang tergolong netral, dengan tanah yang bersalinitas payau sesuai bagi pertumbuhan mangrove. Kandungan C-organik pada kawasan mangrove nonrehabilitasi lebih tinggi daripada rehabilitasi, dengan kategori sedang, rendah, dan sangat rendah. Kajian yang ke dua memperlihatkan total populasi bakteri yang diisolasi dari tanah mangrove lebih tinggi pada tanah permukaan (lapisan 1) dengan kedalaman tanah 0-15 cm, dibandingkan dengan lapisan 2 (15-30 cm), dan lapisan 3 (30-45 cm). Total populasi bakteri tersebut memiliki korelasi yang kuat dengan kandungan karbon organik tanah (Psig
Cellulose as a source of glucose requires accelerated decomposition through the presence of cellulolytic bacteria that can produce cellulase enzymes. Cellulolytic bacteria can be obtained from the isolation of mangrove organic matter such as soil. Banda Aceh and Aceh Besar have coastal areas that were overgrown with mangrove vegetation either naturally or as a result of rehabilitation program, both areas have different soil characteristics, species, and mangrove zone. The differences between both areas are interesting to study because those will affect the diversity and numbers of cellulolytic bacteria through the molecular biology as well as their cellulase activity. Cellulolytic bacteria in mangrove ecosystems with different environmental characteristics encourage researchers to find a new bacterial strain with new characteristics. However, studies on the diversity of cellulolytic bacteria and their cellulase activity on different soil characteristics that compare rehabilitated and unrehabilitated mangroves in Banda Aceh and Aceh Besar have not been examined. Based on the background that has been described, this study aims to analyze the diversity of cellulolytic bacteria based on macroscopic and microscopic characteristics, enzyme activity assay, and analyze the diversity of cellulolytic bacteria using a molecular biology approach through the 16S rRNA gene. Determining the location of research location was carried out by purposive sampling method. Mangrove soil sampling was done in mangrove rehabilitated and unrehabilitated areas by considering 3 depth points, namely 0-15 cm, 15-30 cm, and 30-45 cm. Each sampling point of mangrove soil was carried out 3 times as repetition and composited to homogenize soil samples. Composited soil at each point was brought to the laboratory to be analyzed for the presence and diversity of cellulolytic bacteria. This study was planned for 2 years consisting of 5 sub experiments. The first experiment showed that the texture of the soil in the mangrove rehabilitated and unrehabilitated was dominated by sandy loam, and this type of substrate texture can support the life and growth of mangrove vegetation. The percentage of sand fraction was higher than silt and clay in locations closer to the sea and on the soil surface. The pH value was relatively neutral, with brackish salinity soil suitable for mangrove growth. The C-organic content in mangrove unrehabilitated was higher than rehabilitated, with medium, low, and very low categories. The second study showed that the total population of bacteria isolated from mangrove soil was higher in the surface soil (layer 1st) with a soil depth of 0-15 cm, compared to layer the 2nd (15-30 cm), and 3rd layer (30-45 cm). The total population of these bacteria has a strong correlation with soil organic carbon content (P
ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI SELULOLITIK PADA TANAH KAWASAN REHABILITASI MANGROVE SEBAGAI POTENSI PEMANFAATAN PADA AKUAKULTUR (Rahmiati, 2021)
KEANEKARAGAMAN MAKROZOOBENTHOS DAN ANALISIS SUBSTRAT DI KAWASAN REHABILITASI MANGROVE DAN NON-REHABILITASI MANGROVE ACEH BESAR DAN BANDA ACEH (MUHAMMAD KHATAMI, 2022)
ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI SELULOLITIK PADA TANAH KAWASAN NON REHABILITASI MANGROVE SEBAGAI POTENSI PEMANFAATAN PADA AKUAKULTUR (ERLY DESTRI, 2021)
ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI SELULOLITIK PADA PERAIRAN NON REHABILITASI MANGROVE SEBAGAI POTENSI PEMANFAATAN PADA AKUAKULTUR (Sawva Yura, 2021)
EKSPLORASI BAKTERI SELULOLITIK PADA EKOSISTEM MANGROVE (Djanang Sukoco, 2020)